Sabtu, 25 Desember 2010
Akhirnya Bisa Jalan Sama2 Lagi
Senin, 13 Desember 2010
Pelajaran Kerendahan Hati Terus Berlanjut
Minggu, 28 November 2010
Curhat ...
Jumat, 26 November 2010
Curhat lagi
Minggu, 21 November 2010
Mungkin Karena Itu
Sabtu, 30 Oktober 2010
Jangan Ulangi Lagi
Senin, 18 Oktober 2010
Kalo Mimpi Bisa Kita Gapai
Senin, 11 Oktober 2010
Pokoknya, aku sudah melakukan yang terbaik ....
Minggu, 10 Oktober 2010
Rasa Syukur dan Kerendahan Hati
4. Hidup adalah pilihan dan selalu ada yang kita prioritaskan. Sembilan orang yang sembuh itu memprioritaskan kegembiraannya pada dirinya sendiri, sehingga lupa pada kekuatan ekternal, kekuatan yang datang dari luar dirinya, sedangkan yang seorang memprioritaskan kegembiraannya pada kekuatan eksternal dan memuji kekuatan itu dengan ucapan syukur. Dua kelompok yang berbeda, yang sama-sama menerima belaskasihan, tetapi berbeda memaknai anugerah itu. kelompok yang memaknai anugerah sebagai kemurahan Tuhan, dia akan mengisi hidupnya dengan kebaikan dan ucapan syukur, sebaliknya bila anugerah yang Cuma-Cuma itu dianggap murahan, dia akan tinggi hati dan tidak mau bersyukur, memuji kelebihan dari luar dirinya.
5. Martin Luther mengatakan bahwa hanya orang yang rendah hati yang mau bersyukur. Orang tinggi hati tidak akan mau mensyukuri apa yang dia terima. Maka seorang Sama yang bukan ‘bangsa pilihan Allah’ merasa takjub dengan belas kasihan Yesus. Dia tersungkur di kaki Yesus adalah tanda kerendahan hati, di mana suatu pemahaman lahir dalam dirinya, bahwa kesembuhan itu tidak mungkin dia dapat jika karena label yang dia punya. Dia tidak akan mendapat bagian dari kasih karunia Allah bila mengandalkan suku bangsanya. Tapi kemurahan Tuhan sajalah membuat dia sembuh, maka responnya adalah memuliakan Tuhan sumber kesembuhan, bersyukur pada kasih setiaNya. Sembuh adalah hasil kerja Allah yang dianugerahkan padanya. Kesembilan temannya merasa bahwa apa yang mereka terima merupakan kewajiban Yesus menyembuhkan mereka sebagai bagian dari ‘bangsa pilihan’. Jika mereka sembuh itu karena mereka adalah bangsa pilihan. Pemilihan itu memapankan mereka, sehingga krisis yang terjadi akibat kesalahan dari pemilih, dan dipulihkan merupakan hak yang layak mereka terima. Kemapanan sering membuat kita menjadi sombong, lupa bahwa hidup kita adalah pemberian.
6. Bersyukur adalah sikap hidup yang rendah hati yang menyadari bahwa tidak ada yang dapat kita andalkan dari diri kita sendiri. Menurut seorang ahli, bahwa kata ‘think’ dan ‘thank’ berasal dari kata yang sama. Orang yang memakai ‘think’ pikirannya, akan mampu mengucapkan ‘thanks’ mampu bersyukur untuk hidupnya. Orang yang memikirkan, menghitung-hitung berkat Tuhan yang ada padanya, akan mensyukuri. ‘think’ mendorong hati ber ‘thanks’. Artinya, hanya ‘orang bodoh’ yang tidak bersyukuruntuk apa yang baik yang diterimanya.
7. Dua hal membuat seseorang sanggup berterimakasih, yaitu menyadari/mengenal yang dia terima dan hidup dalam kerendahan hati. Sebaliknya yang menganggap diri kuat dan mampu, bisa harapannya tidak tercapai bisa mengakibatkan kejatuhan dan apatis, tapi bila mampu akan menjadi sombong. Bersyukur bukan teori, bagaimana kita bertindak mewujudkan hidup yang menerima karunia dengan mencerminkan perbuatan Tuhan dalam pekerjaan-pekerjaan kita.
HOW DO WE CULTIVATE A GRATEFUL HEART?
Our purpose this morning is not to create a climate of guilt. I want instead to encourage you (and me) to develop an attitude of gratitude. Let me give you seven things that will help you be more grateful.
1. Learn the difference between appropriate gratitude and counterfeit gratitude
- True gratitude focuses on the greatness of the giver rather than the gift. Every holiday there is some woman who is given a little box as a gift. When she opens the box she sees that it is a diamond and she knows that the diamond is a proposal of marriage. Generally she will scream, cry, or maybe dance. But then the next thing she does is find the giver of the gift and she embraces him and kisses him and expresses gratitude to him. How silly it would be if that woman opened the box, saw the ring and then celebrated the ring with no acknowledgment of the giver. Yet when we are grateful for the gifts of God without being grateful for the God who gave the gifts, we do the same thing.
- True gratitude leads us to love God more for who He is than for what He has done. False gratitude expresses love to God out of a belief that this is the key to more blessing. It is like the person who expresses gratitude for a Christmas gift not because they appreciate the love and affection which prompted the gift . . . but because they know if they don't express their thanks . . . there will be no more gifts.
2. Take the time to list the many "non-material" gifts that we have received from God.
- God's plan to make us right with Him through the sacrifice of Jesus
- The various means He has give us to bring us to faith (the Bible, the Holy Spirit, the testimony of others, the sacraments of the faith and the example of those in the past)
- The people He brought into our lives who faithfully shared and demonstrated the truth to us.
- His provision of the church where we could learn, where we could stand as a family, and where we could grow together.
- The indwelling of His Spirit to guide, comfort, assure, and equip us not just for eternity but also for everyday living.
- The many times He has delivered us from spiritual dangers such as temptation, distress, discouragement . . .often unknown to us.
- The times he delivered us from bodily harm. All the "close calls" we survived, the sicknesses we've recovered from, the danger we have avoided.
- The gift and privilege of prayer and the wonder of His fellowship.
- The place that He is preparing for us
Expand your definition of "blessing". Learn to see beyond the material.
3. Force yourself to recognize the greatness of your sins. If we don't understand the depth of our wickedness we will never appreciate the richness of His grace. It is good for us to measure ourselves by Scripture rather than by each other. We need to see ourselves as we really are instead of as the people we would like other people to think we are.
4. Imagine how you would feel if you had been delivered from Hell. Imagine what it would be like to live the rest of your days separated from everything that is good and praiseworthy. Imagine being separated from peace, joy, satisfaction, delight, enjoyment and laughter. Imagine being in a place where there was no hope and no happiness.
If that is too difficult to imagine consider this. Imagine that you have been given a life sentence to a maximum security prison. You are not allowed visitors, you can receive no mail, and you cannot get any phone calls. You are prohibited from reading, watching television or taking classes. You are not allowed outside or to visit with other prisoners. Imagine the horror of such an existence.
Then imagine what it would be like to one day have the door of your cell opened by someone with a smiling face. And that smiling face looks at you and says, "You are free to go." You would certainly ask, "What do you mean?" And the person would say, "You are free to return to your family, your life, your enjoyments. The stigma of your imprisonment is gone. Go! Live and enjoy!" You would probably ask, "How is this possible?" The answer, "It is possible because I paid your debt. I have taken your place. You are free."
Would you be grateful? You bet you would! You would never forget what that person had saved your from. You would never take for granted the simple blessings of everyday life again. You would hug that person. You would weep. You would stare speechless at them.
Now take the horror of that situation and multiply it many many times and you will understand what it would be like to be in Hell and then to be set free. Then realize, my friend, that even though we have not experienced Hell . . . that is indeed the very kind of existence that the Lord has saved us from.
5. Think often about Heaven and what it holds for you. Lift your eyes . . . see what is ahead. Imagine the day when you cross from life to life eternal. Imagine the wonder and joy of the embrace of Jesus. Consider what it might be like to be in a sinless existence. Imagine a life where tears and sorrow will no longer be present. Imagine a place where all wrongs will be righted and all faithfulness is rewarded. Try to get a hint of that great reunion that is coming for all who have placed their faith in Christ. Try to imagine the beauty of God's Kingdom. Then remind yourself that these things are your hope and joy not because of anything that you have done . . . but they are ours because of what Christ has done for us. Ponder the value of what He has given us and be grateful.
6. Recognize that even in this life God has been exceedingly generous. Look around you. Notice all you have. You not only have food and shelter . . . you have much much more. Guard yourself from that every present coveting mindset. You know what I mean . . . we believe we would be happy IF we had this that or the other thing.
7. Consciously seek to balance your thanking with your asking. The Puritan, Richard Baxter wrote, "When men accustom themselves to have ten words or twenty of confession and petition for one of thanksgiving, and ten thoughts of sins and wants, and troubles, for one of mercies, they starve thankfulness and turn it away." (CHRISTIAN DIRECTORY p.145) Make it a point to count your blessings and to thank the one who does the blessing.
Sabtu, 02 Oktober 2010
Aku cuma ingin yang sederhana ....
Senin, 20 September 2010
Lupakan ...
Jumat, 03 September 2010
Please God, Heal My Mom
Sabtu, 28 Agustus 2010
Lepaskanlah ... Mulailah hidup baru!
Luo Xi kembali ke taman bermain itu. Menelusuri jalan2nya sambil melihat permainan2 yg ada di sana, bayangan kebahagiaan bersama ibunya terus bermain di kepalanya. Bila saat itu ketika bersama ibunya, ia tertawa bahagia begitu lepas, hari ini hatinya begitu sakit mengenang bahwa kebahagiaan saat itu akan disusul dengan kepedihan yg begitu dahsyat. "Oh, ibu, mengapa kau berikan kebahagiaan begitu besar kemudian mencampakkanku begitu saja."
Selasa, 01 Juni 2010
Ketika Mereka Bertanya Tentang Tuhan
Sabtu, 15 Mei 2010
Curhat
Kamis, 01 April 2010
Cinta ...
Minggu, 24 Januari 2010
Beruntungnya Kita!
Sabtu, 23 Januari 2010
Roller Coaster Perasaan
Jumat, 22 Januari 2010
Kenapa Ini Jadi Salahku?
Senin, 18 Januari 2010
Mengartikan Mimpi
Jika Anda sering bermimpi buruk seperti saya, tentu Anda akan merasakan betapa kesalnya setiap bangun pagi karena tidur rasanya menjadi tidak menyenangkan sekali. Dalam beberapa menit rasanya ingin menghapus pengalaman tadi malam dan menganggap mimpi itu sebagai sesuatu yang tanpa arti, hanya drama yang terjadi selama tidur.
Tapi tunggu dulu, jika Anda mengalaminya, jangan lakukan hal yang sama seperti saya. Sebuah penelitian menyarankan Anda untuk mendapatkan pengenalan diri lebih dalam dengan mengartikan mimpi yang Anda alami. Para ahli mengatakan bahwa otak kita seringkali mengirimkan sinyal yang dapat menjadi petunjuk untuk menyembuhkan luka emosional, stress dan trauma.
Apa yang muncul dalam mimpi Anda mungkin saja adalah peristiwa yang dilupakan, harapan yang terpendam, ataupun ketakutan yang tak terlihat, sesuatu yang tidak pernah kita sadari di alam sadar.
Menurut Robert Hoss, penulis "Dream Language", "Menurut penelitian tentang otak yang terbaru, mimpi merupakan bagian dari proses emosi yang sehat."
Mimpi merupakan alat bantu untuk mengungkapkan emosi yang bisa diterjemahkan dalam kehidupan alam sadar. Bahkan menurut Robert, mimpi buruk pun bisa sangat bermanfaat.
Dengan beberapa trik sederhana ini, Anda bisa mengambil manfaat atas apa yang muncul dalam mimpi Anda.
Bangun dengan lebih santai
Apa yang muncul dalam mimpi Anda, akan terhapus dari ingatan jika Anda bangun dengan buru-buru. Untuk menjaga ingatan akan mimpi Anda, tetaplah berbaring ketika terbangun, tutup mata Anda, konsentrasi untuk mengingat apa yang barusan muncul dalam mimpi Anda. Hal ini disarankan oleh Charles McPhee, kordinator dari National of Mental Health's bagian laboratorium riset tentang tidur. Apa yang muncul dalam mimpi Anda mungkin memberitahu tentang suatu karakter, tempat, dan pola yang pernah terjadi di masa lalu.
Cara mengartikan mimpi
Jangan langsung mengartikan mimpi Anda begitu saja, menurut seorang psikiater dari Tufts Universitym Ernest Hartmann, MD, dari hasil penelitiannya tentang kejadian 11 Septeber 2001, banyak orang mengalami mimpi yang mengarah ke hal tersebut, "Mimpi itu memunculkan gambar-gambar yang bermakna, - seperti ketakutan terhadap binatang atau sejenisnya - tapi tidak pernah muncul gambaran menara kembar yang tumbang itu," demikian ungkapnya.
Untuk itu, mimpi yang muncul belum tentu memberi penjelasan yang mudah, untuk itu Anda butuh bantuan professional dalam hal ini, seperti seorang psikolog atau konselor professional.
Hadapi ketakutan Anda.
Orang yang mengalami pengalaman traumatis seringkali hal tersebut muncul dalam mimpi-mimpinya. Tetapi seringkali ketakutan-ketakutan tersebut muncul secara tersirat.
Patrick Andries seorang terapis daro Chicago Healer pernah menangani seorang wanita yang selalu mengalami mimpi buruk. Dalam mimpinya dia selalu di kejar-kejar seorang wanita misterius. Wanita tersebut di beri saran oleh Patrick untuk menghadapi wanita yang mengejarnya saat dia bermimpi lagi. Akhirnya, ketika mimpi itu muncul kembali, wanita itu bertanya, "Siapakah kamu?" dan wanita misterius itu menjawab, "Aku adalah bagian diri kamu yang rendah diri."
Tempatkan diri Anda dalam mimpi tersebut.
Karena setiap orang unik, penting untuk menemukan emosi spesifik yang muncul dalam situasi di mimpi Anda. Kebanyakan mimpi, Anda akan berperan sebagai karakter utama yang muncul. Untuk itu, tempatkan diri Anda sebagai pemeran utama dalam mimpi itu, dan coba ingat apa yang Anda rasakan.
Coba deskripsikan mimpi Anda
Ketika mendeskripsikan atau menceritakan tentang mimpi Anda, bayangkan Anda menceritakannya pada orang asing. Apa yang akan membuat orang tersebut mengerti dan masuk akal? Bagian mana yang akan menjadi penekanan Anda dan mengapa?
Rencanakan sebuah tindakan
Setelah Anda bisa mendefinisikan apa yang terjadi dan emosi Anda dari apa yang muncul dalam mimpi Anda, putuskan bagaimana Anda akan bereaksi terhadap hal itu nanti. Jika mimpi Anda berakhir tanpa kesimpulan atau bahkan menyedihkan, bayangkan akhir seperti apa yang Anda inginkan. Kemudian tanya diri Anda sendiri ataupun bila mungkin, mentor atau psikolog Anda, apakah hal tersebut akan menjadi sebuah solusi bagi kehidupan nyata Anda.
Sekalipun setiap mimpi itu unik, namun ada beberapa tema umum yang sering muncul, berikut ada tiga di antaranya:
Terbang
Ini seringkali adalah mimpi yang bagus - sebuah tanda bahwa Anda memegang kendali hidup Anda, apa lagi jika Anda berhasil melakukan manufer di udara. Tapi jika Anda sedang dalam sebuah pesawat yang jatuh, mungkin itu sebuah tanda bahwa Anda sedang kehilangan kendali.
Gigi tanggal
Karena gigi adalah pemproses makanan, hal ini diketahui oleh otak kita, kehilangan gigi bisa berarti Anda telah menerima informasi namun Anda belum bisa terima kenyataan tersebut, demikian ungkap Patrick Andries, seorang terapis mimpi.
Gagal ujian sekolah
Mimpi seperti ini sering muncul saat Anda sedang mengalami masa-masa sulit dalam hidup Anda. Tanyakan pada diri Anda, apakan Anda merasa tertantang atau merasa kalah, dan kira-kira apa yang bisa membantu Anda rileks serta siap menghadapi apa yang akan terjadi di depan nanti.
Tidak semua mimpi memiliki arti, namun Tuhan pun bisa berbicara pada kita melalui mimpi-mimpi sebagai pertanda atau juga peringatan sama seperti yang dilakukanNya pada Firaun pada masa Yusuf. Jika Anda merasa mimpi Anda adalah sebuah pertanda atau sesuatu hal lain, mungkin salah satu cara Alkitabiah yang bisa Anda lakukan adalah berdoa dan bertanya pada Tuhan.
Rabu, 13 Januari 2010
Terluka Karena Pertempuran
"Berapa banyak Anda tahu tentang diri Anda sendiri jika Anda belum pernah bertarung? Saya tidak mau mati tanpa bekas luka..." - tulis Chuck Palahniuk, penulis dari Fight Club.
Saya sedang memikirkan hal itu tadi pagi tentang apa artinya terlibat dalam sebuah pertarungan. Sebagai seorang wanita, hal itu tentu saja bukan jalan yang harus dipilih sebagaimana layaknya seorang pria. Namun, sebagai seorang anak, saya dan saudara-saudara saya pernah terlibat konflik dan saya menyadari mekanisme dari pertempuran itu.
Kebanyakan orang setuju bahwa bertarung dengan hanya melibatkan satu pihak bukanlah pertarungan yang sesungguhnya. Itu hanya pemukulan. Itu hanyalah seorang pengganggu yang mengambil keuntungan dari seseorang yang lebih lemah dari dirinya. Sebuah pertarungan melibatkan kedua belah pihak; Anda saling memukul.
Analogi ini sama halnya dengan seseorang yang menjaga imannya. Jika Anda ingin menjadi orang Kristen atau memiliki kesadaran akan Tuhan, maka kehidupan ini akan memerangi Anda untuk hal itu. Kejadian demi kejadian akan memukul Anda, dan tidak ada pukulan yang lebih keras daripada kehidupan itu sendiri. Dunia ini akan mencoba mengambil sukacita dan damai yang Anda miliki melalui setiap keadaan yang tidak Anda harapkan, setiap tragedi yang tak terduga, dan setiap perangkap yang tidak Anda duga sebelumnya.
Jadi, apa yang akan Anda lakukan? Anda dapat menyerah pasrah dan meringkuk seperti seorang janin, menutupi wajah Anda dan menerima setiap pukulan itu. Sejujurnya, terkadang ada saat hanya itulah yang dapat Anda lakukan. Beberapa saat sukar yang harus kita hadapi adalah ujian sederhana dari ketahanan.
Atau Anda bisa saja membantu musuh dengan melukai diri Anda sendiri. Hal itu terjadi ketika Anda setuju dengan setiap pikiran negatif yang muncul dari dalam diri Anda: "Saya memang tidak cukup baik, tidak cukup pintar, dan lain-lain." Musuh Anda pun tidak perlu melakukan apa-apa lagi karena Anda akan terus menyalahkan diri sendiri.
Tapi ada pilihan ketiga: Anda dapat melawannya. Anda dapat melawan dengan mengingat janji-janji Allah bahwa tidak ada satupun senjata yang ditujukan kepada Anda dapat membuat Anda tergeletak (Yesaya 54:17). Simpanlah perkataan-Nya di dalam hati dan kenakan itu pada lengan baju Anda. Bangkitlah berdiri melawan setiap kebohongan yang berusaha menenggelamkan kapal kehidupan Anda.
Sikap seperti itu bisa jadi akan menimbulkan pertempuran yang sengit. Anda akan terluka. Anda akan menjadi bingung. Musuh Anda tidak bertempur secara adil, dan dia sangat tahu titik lemah yang Anda miliki. Jangan pernah berpikir bahwa musuh Anda tidak akan memukul telak tepat di bagian yang menyakitkan.
Sangat sulit untuk membayangkan bahwa Anda akan keluar dari pertempuran tanpa terluka. Bahkan Yesus pun memiliki bekas luka. Yesus memperlihatkan bekas luka itu kepada para murid-Nya setelah kebangkitan-Nya (lihat Lukas 24:39). Bahkan bekas luka itu justru membuktikan bahwa Yesus telah mati namun IA bangkit kembali. Menurut saya luka yang kita alami juga memiliki kemiripan yang sama. Bekas luka itu adalah bukti bahwa kita mampu bertahan. Bekas luka itu akan membuat kita memenuhi syarat untuk berbicara dengan mereka yang menderita dan berkata, "Saya pernah berada di sana".
Jadi, tegakkan kepala Anda. Anda mungkin akan kehilangan beberapa pertempuran, tapi ingatlah bahwa Anda telah memenangkan peperangan.
Sumber : Jennifer E. Jones