Minggu, 10 Oktober 2010

Rasa Syukur dan Kerendahan Hati

(perlu perbaikan ... yg penting nulis dulu)

Dalam Luk 17:11-19 diceritakan tentang 10 org penderita kusta yang mendapat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Dari ke 10 org tsb cuma ada 1 org yang kembali dan mengucapkan terima kasih, syukur dan pujian kepada Allah. Dan ternyata org ini adalah orang asing.

Dalam 2Raja 5:14-17 diceritakan tentang seorang Panglima perang yang mau mencoba hal yang remeh utk mengobati penyakit kustanya.
Kita lihat dari Luk 4:27, Tuhan Yesus mengungkapkan tentang iman Naaman yg menyebabkan dia sembuh.

Aku melihat bahwa bukan cuma ada kesamaan penyakit mereka tetapi jg sesuatu yang disebut dengan rasa syukur dan kerendahan hati.


Naaman yang terpukau dengan kesembuhannya, menyadari bahwa TUHAN mampu menyembuhkannya walaupun dg cara yg remeh spt itu. Dia dipenuhi dengan rasa syukur shg ingin memberi persembahan kepada Elisa yg kemudian menolaknya. Ia menggantinya dengan janji kesetiaan bagi Allah.

Naaman sangat marah ketika Elisa cuma memintanya "mandi" di sungai Yordan. Seharusnya Elisa melakukan sesuatu yang "luar biasa" sesuai dengan jabatannya yang tinggi. Dia membayangkan suatu upacara penyembuhan, tapi ia cuma diminta "mandi" dan tujuh kali.
(kita juga suka ngatur Tuhan, kan? hehehe)

Naaman mendengar dari seorang gadis kecil budaknya soal Elisa ini. Bayangkanlah betapa desperated nya si panglima besar sampai2 ia memperhatikan kata2 dari seorang gadis kecil. Setelah marah kepada Elisa, si pelayan ini lagi lah yang kembali menyakinkan Naaman. hahaha

Ada yang berpendapat bahwa tidak kembalinya 9 org kusta tsb karena mereka merasa pantas mendapat kesembuhan.
(bagian ini akan kurenungkan baik2)

Yerusalem dalam Luk 17:11 berasal dari kata Hierousalem yang juga dipakai dalam Matius 23:37 "Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau."
dan

tidak seperti biasa dalam kata2 lain Yerusalem yg berasal dari kata Hierosoluma
atau Hierousalem spt dalam Markus 11:1 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem, dekat Betfage dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya yg penggunaan kata ini menunjukkan Yesus sebagai pembawa damai.

Tulisan orang lain:
Dari jauh (kurang lebih 45 m jarak orang kusta dengan orang sehat sesuai dengan ketetapan penguasa), mereka minta kesembuhan kepada Yesus. Mereka sangat terisolir, sehingga tidak di masukkan dalam kelompok masyarakat. Tergerak;ah hati Yesus oleh belas kasihan, sesuai tradisi Yaduhi, Yesus menyuruh mereka menunjukkan diri kepada imam. Dengan melakukan syarat itu, mereka sembuh. Bersihlah tubuhnya dari sakit kulit itu. perasaan terisolir membuat sembilan orang yang sembuh itu bersukacita, maka mereka asyik dengan sukacitanya dan menunjukkan diri pada masyarakat bahwa mereka telah menjadi bagian komunitas yang sehat dan bersih. Mereka takjub dengan kesembuhan itu dan asyik dengan kegembiraannya. Seorang Samaria dari antara ke-10 itu melihat dirinya sembuh dan memuliakan Allah, dengan suara nyaring memuji Tuhan dan bersungkur di kaki Yesus. Dia memfokuskan kegembiraannya pada sumber anugerah dan bersyukur untuk anugerah itu.
4. Hidup adalah pilihan dan selalu ada yang kita prioritaskan. Sembilan orang yang sembuh itu memprioritaskan kegembiraannya pada dirinya sendiri, sehingga lupa pada kekuatan ekternal, kekuatan yang datang dari luar dirinya, sedangkan yang seorang memprioritaskan kegembiraannya pada kekuatan eksternal dan memuji kekuatan itu dengan ucapan syukur. Dua kelompok yang berbeda, yang sama-sama menerima belaskasihan, tetapi berbeda memaknai anugerah itu. kelompok yang memaknai anugerah sebagai kemurahan Tuhan, dia akan mengisi hidupnya dengan kebaikan dan ucapan syukur, sebaliknya bila anugerah yang Cuma-Cuma itu dianggap murahan, dia akan tinggi hati dan tidak mau bersyukur, memuji kelebihan dari luar dirinya.
5. Martin Luther mengatakan bahwa hanya orang yang rendah hati yang mau bersyukur. Orang tinggi hati tidak akan mau mensyukuri apa yang dia terima. Maka seorang Sama yang bukan ‘bangsa pilihan Allah’ merasa takjub dengan belas kasihan Yesus. Dia tersungkur di kaki Yesus adalah tanda kerendahan hati, di mana suatu pemahaman lahir dalam dirinya, bahwa kesembuhan itu tidak mungkin dia dapat jika karena label yang dia punya. Dia tidak akan mendapat bagian dari kasih karunia Allah bila mengandalkan suku bangsanya. Tapi kemurahan Tuhan sajalah membuat dia sembuh, maka responnya adalah memuliakan Tuhan sumber kesembuhan, bersyukur pada kasih setiaNya. Sembuh adalah hasil kerja Allah yang dianugerahkan padanya. Kesembilan temannya merasa bahwa apa yang mereka terima merupakan kewajiban Yesus menyembuhkan mereka sebagai bagian dari ‘bangsa pilihan’. Jika mereka sembuh itu karena mereka adalah bangsa pilihan. Pemilihan itu memapankan mereka, sehingga krisis yang terjadi akibat kesalahan dari pemilih, dan dipulihkan merupakan hak yang layak mereka terima. Kemapanan sering membuat kita menjadi sombong, lupa bahwa hidup kita adalah pemberian.
6. Bersyukur adalah sikap hidup yang rendah hati yang menyadari bahwa tidak ada yang dapat kita andalkan dari diri kita sendiri. Menurut seorang ahli, bahwa kata ‘think’ dan ‘thank’ berasal dari kata yang sama. Orang yang memakai ‘think’ pikirannya, akan mampu mengucapkan ‘thanks’ mampu bersyukur untuk hidupnya. Orang yang memikirkan, menghitung-hitung berkat Tuhan yang ada padanya, akan mensyukuri. ‘think’ mendorong hati ber ‘thanks’. Artinya, hanya ‘orang bodoh’ yang tidak bersyukuruntuk apa yang baik yang diterimanya.
7. Dua hal membuat seseorang sanggup berterimakasih, yaitu menyadari/mengenal yang dia terima dan hidup dalam kerendahan hati. Sebaliknya yang menganggap diri kuat dan mampu, bisa harapannya tidak tercapai bisa mengakibatkan kejatuhan dan apatis, tapi bila mampu akan menjadi sombong. Bersyukur bukan teori, bagaimana kita bertindak mewujudkan hidup yang menerima karunia dengan mencerminkan perbuatan Tuhan dalam pekerjaan-pekerjaan kita.

Poin lain: mungkin saja para penderita lepra ini menemui Yesus di luar gerbang desa. Krn mereka diharuskan utk tinggal di luar pemukiman biasa.

Poin satu lagi: 9 org tidak kembali karena mereka gagal mengenali Yesus yang jauh lebih besar daripada imam yg bakal mensahkan mereka sebagai yg ditahirkan. Seorang asing lebih bisa menyadari siapakah Yesus yang sesungguhnya. Ia meletakkan Yesus sebagai sinagoge baginya. Tempatnya memuji dan memuliakan Tuhan.

HOW DO WE CULTIVATE A GRATEFUL HEART?

Our purpose this morning is not to create a climate of guilt. I want instead to encourage you (and me) to develop an attitude of gratitude. Let me give you seven things that will help you be more grateful.

1. Learn the difference between appropriate gratitude and counterfeit gratitude

  • True gratitude focuses on the greatness of the giver rather than the gift. Every holiday there is some woman who is given a little box as a gift. When she opens the box she sees that it is a diamond and she knows that the diamond is a proposal of marriage. Generally she will scream, cry, or maybe dance. But then the next thing she does is find the giver of the gift and she embraces him and kisses him and expresses gratitude to him. How silly it would be if that woman opened the box, saw the ring and then celebrated the ring with no acknowledgment of the giver. Yet when we are grateful for the gifts of God without being grateful for the God who gave the gifts, we do the same thing.
  • True gratitude leads us to love God more for who He is than for what He has done. False gratitude expresses love to God out of a belief that this is the key to more blessing. It is like the person who expresses gratitude for a Christmas gift not because they appreciate the love and affection which prompted the gift . . . but because they know if they don't express their thanks . . . there will be no more gifts.

2. Take the time to list the many "non-material" gifts that we have received from God.

  • God's plan to make us right with Him through the sacrifice of Jesus
  • The various means He has give us to bring us to faith (the Bible, the Holy Spirit, the testimony of others, the sacraments of the faith and the example of those in the past)
  • The people He brought into our lives who faithfully shared and demonstrated the truth to us.
  • His provision of the church where we could learn, where we could stand as a family, and where we could grow together.
  • The indwelling of His Spirit to guide, comfort, assure, and equip us not just for eternity but also for everyday living.
  • The many times He has delivered us from spiritual dangers such as temptation, distress, discouragement . . .often unknown to us.
  • The times he delivered us from bodily harm. All the "close calls" we survived, the sicknesses we've recovered from, the danger we have avoided.
  • The gift and privilege of prayer and the wonder of His fellowship.
  • The place that He is preparing for us

Expand your definition of "blessing". Learn to see beyond the material.

3. Force yourself to recognize the greatness of your sins. If we don't understand the depth of our wickedness we will never appreciate the richness of His grace. It is good for us to measure ourselves by Scripture rather than by each other. We need to see ourselves as we really are instead of as the people we would like other people to think we are.

4. Imagine how you would feel if you had been delivered from Hell. Imagine what it would be like to live the rest of your days separated from everything that is good and praiseworthy. Imagine being separated from peace, joy, satisfaction, delight, enjoyment and laughter. Imagine being in a place where there was no hope and no happiness.

If that is too difficult to imagine consider this. Imagine that you have been given a life sentence to a maximum security prison. You are not allowed visitors, you can receive no mail, and you cannot get any phone calls. You are prohibited from reading, watching television or taking classes. You are not allowed outside or to visit with other prisoners. Imagine the horror of such an existence.

Then imagine what it would be like to one day have the door of your cell opened by someone with a smiling face. And that smiling face looks at you and says, "You are free to go." You would certainly ask, "What do you mean?" And the person would say, "You are free to return to your family, your life, your enjoyments. The stigma of your imprisonment is gone. Go! Live and enjoy!" You would probably ask, "How is this possible?" The answer, "It is possible because I paid your debt. I have taken your place. You are free."

Would you be grateful? You bet you would! You would never forget what that person had saved your from. You would never take for granted the simple blessings of everyday life again. You would hug that person. You would weep. You would stare speechless at them.

Now take the horror of that situation and multiply it many many times and you will understand what it would be like to be in Hell and then to be set free. Then realize, my friend, that even though we have not experienced Hell . . . that is indeed the very kind of existence that the Lord has saved us from.

5. Think often about Heaven and what it holds for you. Lift your eyes . . . see what is ahead. Imagine the day when you cross from life to life eternal. Imagine the wonder and joy of the embrace of Jesus. Consider what it might be like to be in a sinless existence. Imagine a life where tears and sorrow will no longer be present. Imagine a place where all wrongs will be righted and all faithfulness is rewarded. Try to get a hint of that great reunion that is coming for all who have placed their faith in Christ. Try to imagine the beauty of God's Kingdom. Then remind yourself that these things are your hope and joy not because of anything that you have done . . . but they are ours because of what Christ has done for us. Ponder the value of what He has given us and be grateful.

6. Recognize that even in this life God has been exceedingly generous. Look around you. Notice all you have. You not only have food and shelter . . . you have much much more. Guard yourself from that every present coveting mindset. You know what I mean . . . we believe we would be happy IF we had this that or the other thing.

7. Consciously seek to balance your thanking with your asking. The Puritan, Richard Baxter wrote, "When men accustom themselves to have ten words or twenty of confession and petition for one of thanksgiving, and ten thoughts of sins and wants, and troubles, for one of mercies, they starve thankfulness and turn it away." (CHRISTIAN DIRECTORY p.145) Make it a point to count your blessings and to thank the one who does the blessing.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar