Damn...
Cemburu atau iri ya, perasaan ini?
Seperti melakukan kesalahan tapi tak terlalu mengerti apa itu.
Yang mencegahku mengambil tanggung jawab ini adalah karena aku sudah trauma diperlakukan dengan buruk oleh mereka.
Aku akan terus menerus menekankan bahwa aku tak menginginkan tugas ini. Supaya setiap tindakanku tak dinilai ingin berkuasa atau mau tampil.
Saat marah karena diperlakukan dengan tidak adil tak didengar. Karena dendam dan perasaan tidak berdaya merusak mental lebih baik kita memilih menjadi egois serta melindungi diri.
Mereka memilih tak mengakui pengorbanan kita maka yang patut kita lakukan adalah menyerahkan semuanya pada Tuhan dan memberikan diri sendiri kompensasi yang dibutuhkan.
Jujur pada diri sendiri itu harus.
Aku yang sering buta dengan perasaan sendiri mengandalkan sinyal tubuhku untuk mengerti diriku sendiri.
Jadi aku akan selaras dengan isi hatiku untuk mengerti apa yang kurasakan.
Aku takkan lagi berusaha menutupi tatapan mataku, membiarkan kakiku berada di tempat nyamannya.
Aku teringat saat aku menunggu bus agar aku bisa kembali ke rumah setelah salah naik jurusan.
Memori saat itu lekat di ingatanku dengan baik.
Aku mengulum permen pedas saat itu karena selama berminggu-minggu aku batuk2. Tenggorokanku terasa gatal terus menerus. Suaraku parau. Aku bersyukur saat itu adalah masa aku tak ditugaskan menyanyi baik mazmur maupun koor.
Aku meninggalkan koor kring sebagai pertanggungjawabanku karena tidak bisa datang ketika tugas Minggu Palma. Aku tak menyangka sama sekali, aku ditinggal di rumah sendirian sementara aku harus bertugas. Aku harus jaga rumah. Aku marah kepada saudaraku yang hanya berkelit tidak bisa menolak menjadi penunjuk jalan keluarga yang datang dari luar kota untuk pernikahan adikku.
Dan saat itu sepertinya aku juga tak dimasukkan orang untuk bertugas mazmur cukup lama. Entah karena aku yang minta atau mereka yang memutuskan demikian. Aku rada lupa.
Aku melamunkan betapa aku sering sekali mengalami hal seperti ini. Aku menumpang kendaraan yang membuatku terhalang untuk kembali ke rumah secepatnya. Liburan yang jarang kudapatkan malah berakhir dengan letih karena tersesat.
Aku sebenarnya merasa tersesat saat ini. Aku tak menemukan ketenangan dan rasa suka cita karena menempuh tujuan hidupku.
Aku tak tahu lagi apa yang sungguh kuinginkan.
Rasanya aku mulai mengerti mengapa aku uring-uringan.
1. Iri hati
2. Karena kembali goyah.
1 dan 2 tidak saling berkaitan.
Aku kesal karena aku tak ingin kau nyaman dekatku. Dalam pikiranku yang tak ingin goyah, melihat penolakanmu lebih masuk akal dan lebih sesuai dengan rencanaku.
Curang ya? aku rasa tak ada orang yang punya hati nurani mampu bersikap jahat kepada orang yang baik kepadanya. Aku tak seharusnya tmenginginkannya.
Teringat kembali kepada nya. Sudah berapa tahun dia pergi...
Aku yang sudah punya penghasilan sekarang cuma bisa bersedih karena belum sempat membalas kebaikan dan kerja kerasnya.
Sedih banget...
Semoga Tuhan memberikan istirahat kekal yang abadi.
Semoga Tuhan mengampuni kami yang tak memberikan yang terbaik baginya.
Entah benar entah salah....
1. Si A hepi menyampaikan kabar tentang si B. Karena memang sifatnya baik atau senang bahwa kesalah pahaman selesai.
2. Si A seperti kelihatan bingung. Karena tak menduga reaksi si C yang biasa-biasa saja atau karena salting doang.
3. Si C merasa gugup sebenarnya. Karena dia memang punya perasaan pada si A atau hanya karena simpatik/tersanjung.
Ah, mumet...
Mengalir itu bukan keahlianku.
Tapi aku berharap itulah yang kulakukan.
Aku melihat banyak kemungkinan dan biarkan saja tanpa aku ambil tindakan apapun.
Sebagaimana Tuhan akhirnya membuat semua yang kuupayakan sebelum covid gagal, bila memang Dia berkenan, semuanya akan berada di jalur yang benar.
Untuk jangka pendek, aku tidak mau si anak sma memperhatikan apapun tentangku. Itu dulu.
Makhluk yg insecure pasti, setidaknya hampir selalu menyakiti orang yang menyayangi mereka. Seperti mau menguji sejauh mana cinta mereka.
Cara menghadapi orang semacam ini adalah memberikan contoh bahwa di dunia ini setiap orang akan menerima ganjaran yang layak sesuai dengan perbuatan mereka.
Orang yang tulus menyayangi pun akan meninggalkan orang yang menyakiti mereka. Penyesalan yang terlambat adalah hukuman yang menyakitkan... Dan layak.
Dua kasus
Yg pertama kucuekin abis. Aku benci karena kasus lama. Aku berusaha tutupi dan walaupun aku berusaha tidak benci lagi, aku masih benci. Tak ada rasa kasihan.
Yang kedua aku jadi sedih. Aku kasihan. Aku ingin bantu.
Yang pertama wajar yang kedua yang ga wajar.
Seperti apapun aku berusaha mengerti kasus nomer dua, aku tak dapat jawaban. Cara menyelesaikannya aku juga tahu tapi aku tak yakin aku cukup punya tekad.
Sakit yang lama muncul lagi.
Coba kurelakan saja menanggungnya.
Menganggap memang bagianku dan semoga ada balasan dari Tuhan dengan ketabahanku ini.
Aku takkan mengganggu siapapun. Mereka tentu gerah bila aku melakukan sesuatu yang membuatmu memperhatikanku.
Mungkin karena itu, rasa sakit ini kembali datang.
Walaupun aku merasa sangat marah, aku memutuskan untuk menghargai pilihannya. Perasaan yang dipendam dan dibawa dalam diam itu sebenarnya bikin penasaran. Tapi sekali lagi untuk menghormati dirinya aku putuskan untuk tidak menggali.
Yang aku mohon, ya, Tuhan. Biarkan aku jelas dengan perasaan aku sendiri. Beri aku petunjuk. Aku ingin jujur pada diri sendiri lalu aku akan berusaha jujur dengan orang lain.
Kemarin aku enggan berkata ok.
Tapi hatiku terasa sakit. Lalu aku memikirkan bahwa bisa saja aku gunakan alasan bahwa aku tak dapat ijin.
Tapi ternyata ijin diberikan.
Aku tetap tak ingin menjawab ok.
Tapi jantungku berdebar kencang.
Aku bertanya pada diri sendiri. Apa yang aku mau. Jawabannya adalah aku suka bernyanyi.
Akhirnya kujawab ok.
Kalau bukan kamu, akan kah juga ya?