Kakakku yang seperti selebriti pulkam.
Sekarang aku menahan sedih karena terlihat banget beda ga punya temen kyk gini.
Komplain karena merasa dimintai hal yang lebih banyak lagi padahal sudah maksimal.
Dan bahwa masalah terjadi karena karena orang lain yang egois.
Aku tak bisa komplain dengan lebih sadis karena memicu konflik lebih besar dan aku akan alami kesulitan karena tidak bisa fleksibel. Aku tak bisa menegakkan disiplin ketat karena aku tak ingin ditekan seperti dulu lagi.
Aku harus menundukkan egoku sampai waktunya tiba. Saat ini hanya berkreatifitas untuk menyelesaikan masalah serta mengubah pola pikir yang tidak berguna.
Aku dl berpikir bahwa aku harus bebas darinya. Tak mau lagi merasa bersalah atau perasaan yang mengganjal bhw aku tak berusaha sungguh2. Jadi aku memutuskan untuk mendekatkan diri dan memperoleh jawaban pasti. Sebenarnya aku lebih siap kata tidak daripada iya.
Keinginan yang egois.
Tapi begitu yang kudapat adalah jawaban iya, aku tau aku akan melangkah sejauh apa. Siap ga siap.
Ya, aku sempat marah karena ada interupsi dari pihak yang iri mungkin cemburu yang berusaha membuatku kesal. Dan semangatku mengendor karena sadar kalau aku benar ada kesempatan, aku takkan mendapat perlakuan seperti itu.
Lalu pandemi datang.
Sepertinya aku harus melihat tanda alam yang mencegah kami bersama. Tak bisa hanya aku yang mencoba. Dan walaupun aku mengerti ada kemungkinan dia yang terlalu ga percaya diri, rasanya aku harus terima keputusan untuk stop.
Kita akan bertemu lagi.
Aku harap rasa kasih untuk sesama membuatku tetap berbuat baik. Memikirkan dirinya tanpa maksud terselubung.
Kemarin sore rant out dengan teman ttg cewek satu itu. Setiap keinget, rasa marah ku kembali nongol.
Aku ingin punya hati yang kembali bersih.
Aku tak mau lagi membenci orang yang berusaha menyakitiku seperti itu.
Krn itu aku slashed it out.
Kau tahu?
Kata yang ingin kau dengar dariku mungkin mng tak akan pernah keluar dari mulutku.
Terlalu pahit....
Karena ingin cek orang, aku mampir ke instagramnya. Jadi kesal lagi keinget betapa tu orang berusaha buat orang lain kesal dan cemburu.
Ya, aku kecewa dan memutuskan mundur saja.
Cemburu? Lebih tepat marah krn ada orang yang begitu berusaha membuatku cemburu.
Kecewa juga karena seakan2 kau bersekongkol membuatku marah.
Apakah kau tau apa yang kulakukan saat aku marah?
Nyindir? Dari mana dia dpt kbr? Ya karena buntutin. Jadi alasan ini kemungkinan salah. Ga mungkin orang ga punya perasaan apa2 mau buntutin.
Sekedar share? Dirimu itu lho masih terikat bgt dg kata "cinta". Cuma orang yang mendambakan cinta atau sedang jatuh cinta bisa tersentuh kata ini.
Ngasih sinyal? Ga mungkin adegan cinta tak terbalas jadi tema. Pasti nyari yang bagus.
Jadi balik lg yg di atas kl ngasih sinyal negatif.
Aku buka lagi notes ku bulan november 2019. Aku kembali merasa penasaran.
Seharusnya aku tak hidup dengan rasa penasaran bahwa kau benar-benar tak menginginkanku. Entah mengapa. Apakah karena harga diriku. Tapi di sudut hatiku percaya aku berharga bagimu. Tapi mungkin tak cukup berharga untukmu untuk mengubah rencanamu, ketakutanmu dan harapanmu.
Aku sepertinya harus terima kenyataan ini bahwa rasa penasaran ini mungkin takkan pernah berhasil terpuaskan. Aku harus tetap maju dengan membawa beban ini di pundakku.
I will leave, soon Or later.
Kalau tetap di sini, aku takut aku akan menyesal.
Bagaimana mereka akan menilaiku? Mereka akan bilang aku egois karena tak mau bantu keluarga sendiri.
Yang mana lebih menakutkan?
Tidak bisa melakukan apa yang kuinginkan atau akhirnya aku sendirian?
Untuk memperjuangkan diriku sendiri sepertinya aku harus bertengkar. Membayangkannya saja membuatku letih.
Aku menganalisa dan hasilnya tak ada yang di dirinya 6 tahun yang lalu.
Sudah lebih terkontrol.
Dirinya juga sudah tahu karakterku.
Tak tahu isi kepalanya punya rencana apa. Tapi dia memang tak mirip dengan siapapun sehingga bisa kuperkirakan.
Aku yang tak mengerti apa yang kurasakan. Tapi kita lihat saja hari ini apa yang telah berubah dari dua hari yang lalu.
Karena rasanya sia-sia. Dan tak ingin terikat dengan yang sia sia.
Sudah cukup banyak sakit di jantungku. Sudah banyak malam tanpa tidur karena berpikir. Sudah banyak pergumulan dengan rasa bersalah dan rasa takut.
Cukup.
Aku pikir sudah cukup.
Aku sudah berkali-kali mencoba.
Aku sudah selesai dengan perasaan bersalah karena tak mencoba lebih keras.
Lucu jadinya, mau cuekin salah, aku berusaha bersikap ramah pun perasaan yang kubaca di antara mereka membuatku memutuskan menjauh.
Aku tak ingin berpura-pura.
Aku juga tak ingin mencari muka.
Yang aku inginkan adalah aku tak memperlakukan orang dengan buruk dan tak sensitif.
Untuk orang yang menyebalkan aku tak ingin berbuat apapun. Tapi orang yang merasa dipandang rendah yang aku merasa harus melakukan sesuatu.
Aku ingat yang kulakukan dahulu adalah menyerahkan diri untuk "disembelih" karena aku memutuskan untuk mengejar dirimu.
Tapi kau tak memberikanku tanggapan yang bagus.
Antara 2 sih kenapa.
1. Karena aku bukan opsi yang bagus.
2. Karena kau terlalu minder.
Yang mana saja lah. Sudahlah, aku memutuskan hanya mengharapkan yang terbaik untukmu.